Dr. Maria Cholifah, S.S., M.Pd. lahir di Malang, Kota Apel dan Kota Pendidikan, pada 24 Januari 1978. Beliau memulai pendidikan dari SD, SMP, dan SMA di kota yang dikenal berhawa sejuk nan elok ini. Setelah lulus dari SMA, beliau melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi S1 Jurusan Sastra Inggris dan Mandarin (Bahasa Minor) di STIBA Malang dan lulus tahun 2001. S2 Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di UNISMA lulus tahun 2008, serta S3 Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Negeri Malang lulus di tahun 2021.
Sekarang, putri bungsu dari alm. Bapak Wono Soehardjo dan Ibu Hj. Endah Suwarni ini adalah seorang dosen Bahasa Inggris di Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (UNIKAMA). Menurut beliau, “Menjadi seorang dosen merupakan pekerjaan yang mulia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan sayapun tetap bisa meng update keilmuan dan wawasan saya agar tetap terus berkembang.”
Selain dari akademisnya yang sangat bagus, ada satu hal lain yang tak kalah menarik dari kegiatan beliau sebagai seorang dosen. Wanita berkerudung ini mempuyai keahlian membuat Handycraft Aksesories sejak tahun 2014. Seiring dengan berjalannya waktu, beliau juga membuka bisnis online di Tokopedia dan Instagram dengan nama Momo Clay. Produk yang dihasilkanpun beragam, seperti : Bros, Peniti Hijab, Gelang, Kalung, Cincin, dll. Aksesoris ini dibuat dari polymer clay (Clay import dari German), kelebihannya tahan air, warna tidak pudar, awet, karena proses pengeringannya dioven dengan suhu tertentu. Beliau menekuni bisnis online membuat aksesories dari polymer clay di tahun yang sama.
Bagaimana awalnya beliau sangat tertarik dengan Handycraft Accessories? Ria, sapaan akrabnya ini menceritakan hobi membuat handycraft, diawali dari melihat peluang saat ini bahwa banyak wanita mengenakan hijab sehingga aksesories Clay menjadi pilihan yang tepat untuk dipasarkan secara luas. Selain itu, aksesories ini merupakan handmade sehingga sangat unik dan sangat jarang orang memiliki keterampilan membuat aksesories handmade.
Wanita anggun yang menyukai yoga ini dikenal sangat humble di kalangan bapak ibu dosen Program Studi Sastra Inggris UNIKAMA dan di lingkungan keluarganya. Seperti yang diungkapkan oleh Dr. Teguh sulistyo, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Sastra Inggris mengatakan,“Dr. Maria Cholifah, S.S., M.Pd. adalah salah seorang dosen yang memiliki passion yang tinggi dalam bidang pengajaran Bahasa Inggris. Selain itu, beliau juga menguasai Bahasa Mandarin. Sangat disiplin dan memiliki kemauan yang tinggi untuk terus belajar (Lifelong Learning). Kita bersyukur beliau sudah mendapatkan gelar Doktor. Semoga menambah kualitas Prodi Sastra Inggris khususnya dan UNIKAMA secara keseluruhan. Aamiin.” Begitu juga yang disampaikan oleh Siane Herawati, M.Pd. selaku kakak kandung beliau, “Di antara semua saudara, dia yang paling tekun dalam segala hal, banyak belajar, membaca, kreatif dan senang mengamalkan ilmunya pada yang lain. Dia juga sabar dan ramah, berkepribadian yang baik serta suka mengispirasi keluarga,” ungkapnya sembari tersenyum. Hal ini dibuktikan dengan telah diraihnya penghargaan sebagai Dosen Berprestasi di bidang Penelitian dari LPPM UNIKAMA pada tahun 2011. Beliau telah melakukan Penelitian selama kurun waktu empat tahun berturut-turut sehingga mampu menghasilakan 5 sampai 6 penelitian. Ibarat peribahasa “air tenang menghanyutkan“, kalem dan brilliant.
Dalam Disertasi beliau berjudul “The Effects of Strategic Planning and Initiated Topics on EFL Learners’ Argumentative Writing“, disampaikan bahwa ini adalah pencapaianya yang sangat luar biasa dan sangat beliau dinantikan. Apalagi dengan diraihnya IPK 3.84 ini benar-benar luar biasa. Karya ini beliau dedikasikan untuk keluarga tercinta serta handai taulan. Banyak hal yang dirasakan oleh beliau ketika menempuh gelar Doktornya, yaitu kebanggaanya bisa bertemu dengan teman – teman dari penjuru tanah air dan juga bapak ibu dosen yang sangat berkompeten sehingga beliau benar-benar bertambah wawasan dan keilmuannya dalam bidang pengajaran Bahasa Inggris. Di sisi lain, ada duka yang beliau rasakan ketika harus menyelesaikan tugas yang cukup banyak dan berat, ditambah dengan kesibukan keluarga sehingga tugas kadang tidak dapat dikerjakan maksimal. Begitu ungkap beliau, dengan nada sendunya. Sehingga beliau berpesan seperti dalam motto hidupnya “Manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya karena waktu tidak dapat diulang kembali.“